Aktivitas menulis sudah saya geluti sejak kecil. Dimulai dari menulis catatan pelajaran di sekolah dan menulis curahan hati di buku dairy . Menulis membantu saya memahami materi pelajaran juga tulisan ini dapat memanggil kembali ingatan saat belajar. Menulis juga membantu saya untuk berbicara pada diri saya sendiri, mengurai keributan yang ada di kepala, keresahan hati, dan ketakutan akan hari esok.
Walaupun menulis terasa
dekat dengan keseharian saya, tetapi saya tidak pernah terpikir menjadi seorang
penulis. Saya merasa tidak memiliki kemampuan menulis, keterbatasan dalam
pemilihan kata, juga tidak percaya diri dengan susunan tata bahasa. Pertengahan
tahun 2020 ada seorang teman yang mengajak saya untuk menulis buku antologi cerita
anak tentang fakta buah dan sayur. Memberanikan diri dan dengan niat belajar
saya mengikuti penulisan buku. Saat ini sudah ada 9 buku antologi yang saya
tulis bersama penulis lainnya.
Menulis itu ternyata
candu. Imajinasi yang sempat dilepaskan dari sangkarnya terasa liar
berterbangan di pikiran bercampur dengan permasalahan kehidupan pribadi dan
pekerjaan. Ingin kembali menulis tetapi sudah beberapa kali ikut kelas menulis
selalu gagal. Alasannya klasik; tidak ada waktu, tidak ada ide. Hingga akhirnya
saya mendapatkan informasi pelatihan menulis yang digagas oleh PGRI di bawah
asuhan Bapak Wijaya Kusumah (Om Jay).
Kelebihan dari pelatihan
menulis ini adalah saya dan peserta lainnya dipantik kebiasaan menulis pada
media blog melalui tugas membuat resume di setiap pertemuan pelatihan. Slogan
Omjay “Teruslah menulis setiap hari dan lihatlah apa yang akan terjadi”. Slogan
ini sangat dapat saya rasakan. Di pertemuan awal saya sangat kebingungan untuk
membuat resume. Namun lama-kelamaan saya terbiasa dan ide seakan meluncur untuk
membuat resume pelatihan menjadi resume ala Mulyanita yang saya tuliskan pada blog.
Blog adalah aplikasi web untuk menulis yang kemudian postingan tersebut dapat diposting, serta dibaca oleh orang lain. Blog layaknya buku yang dapat digunakan untuk menulis dengan bantuan jaringan internet. Kehadiran blog di era digital ini layaknya sebuah kepraktisan bagi penulis. Penulis bisa memanfaatkan smartphone untuk mengantikan fungsi buku tulis, pensil, pulpen dan penghapus.
Bagi saya yang merupakan penulis pemula merasakan manfaat praktis dari adanya aplikasi blog ini. Terlebih pada pelatihan menulis PGRI yang mengharuskan saya membuat resume di blog. Hal yang menyenangkan menulis di blog adalah membaca komentar. Banyak komentar positif dan semangat yang diberikan oleh narasumber, pembimbing pelatihan, juga teman-teman sesama peserta pelatihan. Juga ada saran dan masukan yg membangun yang membuat saya mengeksplorasi kemampuan menulis dan juga tampilan blog.
Pertemuan pertama pada pelatihan menulis PGRI membahas tentang writing is my passion dengan narasumber Bu kanjeng. Beliau membuka pertemuan dengan membahas betapa menulis adalah passion yang menjanjikan di masyarakat Indonesia. Penulis dihormati dan dikagumi karya-karyanya karena dianggap memiliki intelektualitas dan kematangan berpikir.
Namun menulis mempunyai banyak hambatan, di
antaranya: merasa tidak berbakat, tidak memiliki waktu, tidak memiliki ide,
tidak mau dikritik dan tidak suka menulis. Dari kelima hambatan di atas,
hambatan menulis yang saya pribadi rasakan adalah merasa tidak berbakat
dan tidak memiliki waktu. Walau terdengar klise tetapi sebuah ketrampilan
(termasuk ketrampilan menulis) akan bisa dilakukan jika dibiasakan atau
dilatih. Hanya saja hambatan ini berteman akrab dengan manajemen waktu yang
kurang baik, sehingga saya merasa tidak memiliki waktu untuk mengasah
ketrampilan menulis ini.
Untuk memompa semangat dalam menulis, seseorang
harus mengetahui WHY atau alasan untuk apa ia menulis.
Dengan mengetahui alasan dan tujuan dari menulis akan memacu dirinya untuk
mengatur waktu untuk belajar teknik penulisan, mengaplikasikannya serta
mengembangkan ide-ide tulisan. Sebagai contoh, Ibu Sri Sugiatuti mengutip
sebuah hadits "Khoirunnas anfa'uhum linnas (Sebaik-baik manusia
adalah mereka yang paling bermanfaat untuk orang lain" untuk
menjadi kalimat motivasi beliau dalam menulis.
Dalam membuat tulisan, ada beberapa langkah yang
perlu dipersiapkan (writing preparation), yaitu :
- Menggali dan menemukan ide
Ide sebuah tulisan bisa didapatkan melalui pengamatan terhadap
kejadian yang terjadi, imajinasi penulis atau kajian pustaka. Untuk mempermudah
proses penemuan ide, bisa dengan menggunakan brainsorming.
- Menentukan tujuan, genre dan segmen pembaca
Setelah menentukan gagasan/ide, penulis perlu menentukan tujuan
menulis, genre tulisan dan target segmen pembaca. Penentuan segmen pembaca akan
menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan warna tulisan. Tentunya, kita perlu
memastikan tulisan yang kita hasilkan akan laku di pasaran.
- Menentukan topik
Tahap ketiga yang perlu penulis siapkan adalah penentuan topik apa
yang akan dibahas. Topik disini seperti layaknya tema atau judul apa yang akan
kita bahas. Seperti contoh penulis ingin tulisannya ini memberikan informasi
yang benar tentang dunia kesehatan. Genre dari tulisannya adalah tulisan
populer, serta sasaran dari tulisannya adalah orangtua hingga manula. Topik
untuk tulisan di atas adalah "Hidup sehat di Usia senja"
- Membuat outline
Outline adalah bentuk kerangka tulisan. Kerangka tulisan
menggambarkan materi yang akan ditulis secara garis besar. Karakteristik
outline yang baik adalah yang memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan
struktur, kepaduan, dan penekanan.
- Mengumpulkan bahan materi/buku
Tahap ini mengharuskan penulis banyak membaca buku untuk
memperkaya wawasan dan referensi. Selain itu semakin banyak buku yang dibaca
akan semakin banyak ide/gagasan yang dapat dikembangkan. Buku/materi yang
dikumpulkan dan dibaca ini adalah buku/materi yang sesuai dengan topik tulisan
kita.
Setelah penulis menyelesaikan naskah kasar yang
telah ia buat, tahapan selanjutnya yang harus dilewati sebelum buku diterbitkan
adalah :
- Editing: membaca ulang dan menyempurnakan draf
- Revising: mengubah, melengkapi beberapa bagian naskah,
dan mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulis
- Publishing: meliputi proses pengiriman naskah, pracetak
(perwajahan buku, tata letak, ISBN, proof reading), pencetakan, promosi
dan distribusi
Sebuah motivasi yang bagus dari ibu kanjeng: "Menulis itu harus SABAR". Sebagai penulis pemula lebih diarahkan untuk fokus pada ketekunan (persistence) dalam proses menulis. Alih-alih mengharapkan kesempurnaan ataupun idealis. Cobalah untuk terus menulis semampunya dengan konsisten.
Ya, saat ini saya masih di fase menulis secara konsisten setiap hari. Semoga suatu hari nanti saya bisa memiliki buku-buku solo yang best seller. Saya merasa memiliki banyak cerita hidup yang ingin saya tuangkan dalam tulisan yang semoga tulisan-tulisan itu nanti disenangi oleh banyak orang dan dapat mengambil manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar