Disambi makan kue putu, manis rasanya
Pertemuan ke 19 tidak terasa
Memiliki buku solo semakin nyata"
Ihiiiyyy... semakin semangat ya. Yuk bisa yuk💪
Malam ini kita akan belajar dari seorang penulis yang luar biasa, yang justru menelurkan karya di kala tubuhnya sedang sakit. Inilah profil narasumber kita :
Nama : Suharto, S.Ag., M.Pd
Panggilan : Cing Ato
Mengajar : di MTsN 5 Jakarta
Buku Ontologi :
- Bukan guru biasa (2016)
- Guru inspiratif (2020)
Buku Solo :
- Mengejar Azan (2018)
- GBS Menyerangku (2020)
- Menjadi pribadi unggul (2020)
- Kompilasi Kisah Inspiratif (2021)
- Belajar tak bertepi (2021)
- Aisyeh menunggu cinta (2021)
- Menepis kesulitan menulis (2021)
Malam ini kita akan belajar dari sisi yang berbeda. "Pengalaman adalah guru terbaik", begitulah bunyi kalimat penyemangat yang sering kita dengar. Dan malam ini kita akan belajar dari pengalaman super duper luar biasa yang tidak biasa, ehehe..sengaja dibuat lebay karena memang sebagus itu untuk kita simak bersama-sama. Pengalaman Cing Ato dalam menulis dalam keadaan beliau yang sakit.
Kisah ini dimulai dari keinginan Cing Ato untuk menulis. Beliau sudah membeli buku-buku tentang menulis, mengikuti pelatihan menulis juga; pelatihan menulis jurnal. Tetapi Cing Ato masih merasa bingung untuk memulai tulisannya. Cing Ato pernah ikut menulis, tetapi feedback dari tulisan itu dianggap kering dan kaku pada gaya penulisannya. Cing Ato mengakui ia kesulitan merangkai kata menjadi kalimat yang indah dengan diksi yang pernuh sarat dan hikmah. Tetapi beliau tidak patah semangat loh.
Cing Ato mengikuti kegiatan membaca di hari Selasa bersama murid-muridnya pada kegiatan Literasi Sekolah. Hal ini yang membuat Cing Ato hobi membaca. Selain kegiatan membaca, Cing Ato dan murid-muridnya mulai menulis buku, sehingga muncullah buku antologi. Ketertarikan menulis semakin membara, hingga Cing Ato memutuskan mencari lembaga penulisan. Dapatlah sebuah pelatihan menulis KSGN di wisma UNJ. Pelatihan ini yang mempertemukan Cing Ato dengan Omjay, Pak Dedi dan lainnya.
Melalui pelatihan-pelatihan ini Cing Ato mulai mengetahui cara menulis. Terlebih pada pelatihan yang digagas Omjay lebih diarahkan menulis setiap hari, dimulai dari hal-hal yang ada di sekitar, hal yang sederhana dan dikuasai. Juga ditambah dengan jargon "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", semakin membuat beliau semakin semangat menulis. Di tahun 2016 hadirlah buku antologi pertama Cing Ato "Bukan Guru Biasa" pada tahun 2016.
Cing Ato kembali berguru dengan Grup Media Guru sehingga menghasilkan buku solo pertama yang berjudul "Mengejar Azan" (2016). Buku ini berkisah tentang perjalanan menuntut ilmu.
Tetapi takdir Yang Maha Kuasa menguji kehidupan Cing Ato yang luar biasa semangat ini. Allah menakdirkan Cing Ato mengalami Guillain Barre Syndrom (GBS) yang merupakan penyakit autoimun langka. Biasanya sistem imun yang melindungi tubuh dari serangan penyakit, tetapi orang dengan GBS justru imunnya menyerang saraf perifer yang berfungsi sebagai pengendali gerak tubuh (sumber halodoc.com)
GBS ini membuat tubuh Cing Ato yang tinggi dan gagah ini menjadi lumpuh total tidak berdaya, hanya menyisahkan mata, telinga dan otak yang masih bekerja. Untuk bernafas pun Cing Ato mengalami kesulitan. Bahkan jika penanganan yang Cing Ato dapati terlambat, bisa merenggut nyawanya. GBS membuat beliau satu setengah bulan dirawat di ICU, tiga bulan dirawat di HCU, dan dua minggu di ruang rawat inap biasa. Cing Ato pulang kerumah dalam kondisi lumpuh, selama satu tahun tidak dapat bergerak. Setelah perawatan satu tahun di rumah, sedikit-demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangan. Enam bulan kemudian tangan kiri mulai berhasil menyentuh wajah, lalu disusul dengan tangan kanan yang mulai dapat digerakkan. Jari-jari tangan masih kaku, belum daoat menggenggam sesuatu. Selama satu setengah tahun Cing Ato terbaring di kasur dan tidak bersentuhan dengan dunia luar sama sekali. Suntuk? Buangeeett.. Tetapi masih bernafas adalah sebuah kesyukuran pada masa itu.
Sebuah titik balik tercipta dari ketidaksengajaan yang Allah izinkan. Suatu hari Handphone istri Cing Ato tertinggal, dengan bantuan asisten rumah tangganya, Cing Ato mulai membuka kunci handphone istrinya itu, BERHASIL. Sepulang istrinya dari sekolah, Cing Ato meminta istrinya untuk membelikan handphone dan simcard baru. Alhamdulillah dengan adanya handphone di sisinya saat itu, Cing Ato merasa hidup kembali. Beliau mulai mengakses Facebooknya. Facebook adalah wadah yang Cing Ato gunakan untuk menuliskan kisahnya. Kondisi saat itu Cing Ato masih belum bisa menggenggam handphonenya. Beliau menggunakan jari tengahnya, jari terpanjangnya untuk memencet huruf-huruf yang ada di handphonenya.
Tulisan Cing Ato di facebook mendapatkan banyak tanggapan, simpati, doa, serta semangat dari pembacanya. Hal ini mendatangkan ide, yaitu ingin menuliskan sesuatu yang bermafaat bagi teman facebooknya. Beliau mulai menuliskan semua hal yang beliau lihat, dengar dan rasa. Tulisannya juga berupa motivasi hidup dan penyakit GBS yang ia derita. Di segala waktu ia gunakan untuk menulis. Saat menunggu berobat ke dokter, saat menunggu terapi, juga saat tiduran di rumah Cing Ato gunakan untuk menulis. Berikut dokumentasinya:
Kegiatan menulis ini menjadi pengalih rasa sakit Cing Ato. Ternyata mengetik handphone merupakan bagian dari terapi saraf motorik tangannya. Semangat sehat juga menjadi motivasi sehingga berangsur-angsur kesehatan Cing Ato membaik. Di awal Cing Ato menulis sambil tiduran, berangsur-angsur Cing Ato dapat duduk dan menulis beliau lakukan di kursi rodanya.
Di suatu hari Omjay menghubungi Cing Ato untuk ikut pelatihan menulis. Dengan keterbatasan kesehatan, dimana leher Cing Ato masih menggunakan alat trakeastomi dan hidung masih menggunakan NGT, beliau menjawab tantangan dari Omjay. Jika tubunya sedang segar beliau ikut pelatihan, jika sedang kurang sehat beliau izin tidak mengikuti pelatihan, tetapi tetap merekam materi pelatihan untuk dibuatkan resumenya saat tubuhnya membaik.
Kalimat ajaib Omjay "menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang akan terjadi" memang mujarab dirasakan oleh Cing Ato. Semangat mengikuti pelatihan menulis ini, beliau coba tularkan kepada orang-orang di sekitarnya. Beberapa teman-temannya mengikuti pelatihan menulis ini bahkan muridnya pun juga ada yang bergabung dan bersama-sama mereka melahirkan karya-karya tulisan berupa buku. Bahagia yang Cing Ato rasa adalah ketika banyak orang yang termotivasi dari dirinya. Padahal Cing Ato sendiri merasa sangat lemah dengan kondisinya yang sakit ini.
Apakah proses menulis ini mudah bagi Cing Ato? Tentu saja TIDAK pemirsahhh.. Dengan kondisinya yang lumpuh pastilah semua terasa sulit. Namun semangat Cing Ato yang juga didukung oleh keluarganya menjadi alasan terbesarnya untuk terus berjuang. Memegang buku untuk dibaca bukan perkara mudah bagi Cing Ato saat itu. Saat kondisi tubuhnya membaik, ia juga belajar untuk mengoperasikan laptopnya. Pada awal Cing Ato mengoperasikan laptopnya, sudah pasti beliau kesulitan, namun bukan Cing Ato namanya jika menyerah. Laptop itu Cing Ato gunakan untuk mengumpulkan hasil tulisannya di blog dan facebook yang akan ia bukukan. Usaha Cing Ato tidak hanya selesai dengan menyatukan tulisannya saja, tetapi beliau juga belajar mempertajam tulisannya kepada Pak Akbar Zaenudin (penulis buku man jadda wajadda). Sehingga lahirlah buku motivasi yang berjudul GBS menyerangku (2020)
Dua foto di atas dishare ke Kanwil Kemenag Jakarta dan Cing Ato juga akan diwawancarai untuk konten hari Guru pada tanggal 26 November nanti. Pengalaman Cing Ato menulis dalam kondisi sakitnya ini mendapatkan banyak tanggapan dari orang-orang di sekitarnya. Mulai dari apresiasi, salam semangat, menjadi narasumber di beberapa pelatihan hingga kunjungan dari para youtuber untuk berjumpa dan berbagi pengalaman pada kanal youtube mereka. Berikut link youtube jika ada yang ingin melihat wawancara Cing Ato:
- https://youtu.be/qhzk01Z7y4w;
- https://youtu.be/tVSJLPutgtU;
- https://youtu.be/fjpPK_w0Bew; dan
- https://youtu.be/uye6FLj30GU
Saat ini kondisi Cing Ato sudah berangsur membaik. Cing Ato ingin melatih suaranya yang saat ini masih kurang terdengar dengan jelas. Hal ini Cing Ato lakukan agar semakin optimal saat nanti ditawarkan menjadi pembicara saat mengisi pelatihan. Cing Ato terus mengembangkan penulisannya, dengan melatih penulisan puisi, pantun, dan cara membuat cover buku. Cing Ato masih akan berlatih cara membuat layout buku hingga belajar cara menjadi penerbit, dengan harapan ingin menjadi penerbit mayor. Kita doakan cita-cita Cing Ato ini terwujud ya para pembaca Tulisan Mulyanita.
Pengalaman Cing Ato yang menguras air mata hingga menggugah semangat ini patut kita jadikan landasan untuk lebih banyak berkarya selagi sehat. Bahkan ketika sakitpun, ternyata menulis menjadi salah satu jalan untuk bangkit serta obat penyembuh atas izin Yang Maha Kuasa.
Full motivasi banget materi hari ini. Membuat saya ingin menutup dengan sebuah quotes:
"Keterbatasan hanya ada dalam pikiran kita. Namun, jika menggunakan imajinasi, maka selalu ada kemungkinan yang tak terbatas" -anonim-
bye..sampai jumpa di Tulisan Mulyanita selanjutnya💝
selalu enak dibaca tulisannya, semoga buku solonya segera rilis ya....
BalasHapusMakan kue putu manis rasanya
BalasHapusSungguh asyik membaca tulisan bundanya
resumenya tersusun rapi, nyaman di baca,,,,teruslah menulis
BalasHapusResumenya selalu ok
BalasHapusEnak dibaca
Luar biasa materi Cing Ato. Nangis Saya. Malu sehat tapi tak semangat belajar, nulis dan ibadah. Moga kita semua bisa bersyukur atas nikmat Allah SWT. Aamiin.
BalasHapus
BalasHapusSemoga dari materi yang disampaikan kita mendapatkan banyak pelajaran, motivasi Dan meningkatkan rasa syukur kita.