Hai pembaca Tulisan Mulyanita✋ Apa kabar?
Sore ini kita akan belajar tentang Strategi Menangkal Hoaks dengan narasumber luar biasa. Yuk kita berkenalan dahulu dengan sang narasumber.
Nama : Heni Mulyati, M.Pd
Pendidikan : S1 Bimbingan dan Konseling UNJ, IPK : 3,83
S2 Bimbingan dan Konseling UNJ, IPK : 3,71
Pekerjaan : Koordinator Pengembangan Kurikulum Literasi Media Mafindo
Baiklah kita lanjut ke materi hari ini :
1. Hal yang Melatarbelakangi Terjadinya Hoax
Sebelum adanya internet, kita mendengarkan berita atau informasi hanya dari televisi, koran, dan radio. Jika ingin bertukar kabar dengan teman atau kenalan, masih menggunakan surat atau telpon. Mengantri telpon di telpon umum atau wartel. Jika ingin nonton TV harus numpang di tetangga yang punya TV atau nonton bareng di balai RW. Seru juga diingatnya.
Dahulu jika ingin menyampaikan informasi atau berita ke media elektronik maupun media cetak pastilah ada proses verifikasi berita. Tidak semua orang bisa menyampaikan pendapatnya atau informasinya di kedua media saat itu.
Tetapi saat ini, informasi dapat kita akses dan disebarkan ketika badan kita masih menempel di kasur. Semua orang bisa berpendapat, mengupload informasi dan menyebarkan hingga menjadi sesuatu berita yang viral, tanpa memandang berbobot atau tidaknya informasi tersebut.
Era digital ini memiliki dampak positif yaitu mudahnya akses informasi, mudahnya peluang mendapatkan penghasilan dengan memanfaatkan teknologi, mampu menjadikan jarak bukan lagi hambatan untuk berkomunikasi, belajar bahkan berbisnis. Namun seperti dua sisi mata uang, selain dampak positif, era digital ini juga mempunyai dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang akan kita bahas hari ini adalah peredaran Hoax. Hoax berasal dari kata hocus, hocus pocus yang artinya seperti sim salabim. Hoax adalah informasi, kabar, berita palsu atau mengandung kebohongan. Hoax juga dapat diartikan sebagai berita atau informasi yang tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar.
Dari dua digram di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa berita hoax terbanyak adalah tentang politik dan kesehatan. Media penyebaran hoax paling banyak adalah melalui facebook dan whatsapp. Melihat dari jumlah berita hoax yang begitu banyak, perlu kiranya kita mengetahui cara memfilter berita, mana yang hoax mana yang fakta.
Ada beberapa situasi yang perlu kita sadari terkait dengan banjirnya informasi ini, yaitu:
- Era Post Truth : situasi ketika hoax lebih diterima daripada berita sebenarnya. Jika kondisi ini terjadi masyarakat akan cenderung tidak menerima informasi yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih percaya dengan emosi yang dominan atau kepercayaan pribadi. Misalkan, saya sangat mempercayai si A. Ketika saya mendapatkan kabar tentang si A atau kabar yang berbeda dari yang dikatakan si A, saya akan cenderung menyangkal berita tersebut dan tetap mempercayai si A.
- Matinya kepakaran. Suatu frasa yang menggambarkan tidak percaya kepada pendapat para pakar yang notabene memiliki pendidikan atau sertifikasi sesuai dengan kapasitas ilmunya (Nichols, 2018). Kondisi ini dapat kita lihat secara nyata pada kondisi pandemi covid 19, dimana banyak yang berpendapat namun bukan ahli pada bidangnya. Contoh kasus: sebuah produk susu diserbu oleh masyarakat karena dianngap dapat menyembuhkan covid 19, padahal belum ada dokter atau ahli kesehatan yang menyatakan kebenaran hal tersebut.
- Filter bubble dan echo chamber. Ada hal lain yang perlu kita sadari, kita semua berada di gelembung-gelembung kelompok informasi. Misal, saya akan memblokir orang yang tidak sesuai dengan ide dan pemikiran saya. Dampaknya lingkaran kita terbatas pada orang-orang yang satu ide saja.
Berikut adalah alasan mengapa berita hoax banyak dipercaya oleh masyarakat Indonesia :
- Kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata
- Polarisasi masyarakat
- Belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksa fakta
3. Ciri-ciri Informasi Hoax, antara lain:
- Sumber informasi tidak jelas
- Biasanya membangkitkan emosi (provokasi)
- Alasan terlihat ilmiah tetapi salah
- Isinya menyembunyikan fakta
- Meminta untuk disebarluaskan
4. Dampak yang Ditimbulkan dengan Adanya Hoax:
- timbul perpecahan dan saling curiga
- bingung dalam mebedakan infomasi yang dapat dipercaya dengan yang tidak dapat dipercaya
- Berakibat hilangnya nyawa akibat berita yang salah. Misalkan karena lebih percaya hoax jadi terlambat mendapatkan penanganan medis
Berikut adalah cara sederhana untuk memeriksa fakta :
- Gunakan google reverse image/google image untuk cek unggahan foto
- Cek pada media yang kredibel (anggota dewan pers)
- Cek pada situs pencari fakta seperti : www.turnbackhoax.id atau www.cekfakta.com
- Gabung di grup FB : Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH)
- Instal aplikasi Hoax Buster Tools dari Mafindo. Cek pada kalimasada (WA Mafindo) atau chatbox untuk fungsi sejenis
Pembaca Tulisan Mulyanita, saya rekomendasikan menonton video 5 menit ini ya https://www.youtube.com/watch?v=rX5z3PBmwtM. Video ini diproduksi Tular Nalar dari situs www.tularnalar.id.
Menutup resume pada hari ini, saya ingin mengutip kalimat penutup dari narasumber :
Bijaklah menggunakan media digital. Apa yang kita unggah akan meninggalkan rekam jejak digital. Periksa faktanya! Jika valid dan bermanfaat, baru boleh disebarkan.
Salam literasi digital. Bye✋
Keren. Cepat dan rapi.
BalasHapusCantik nian blog nya, resume nya oke
BalasHapusPerformed neatly, keep up
BalasHapusAyo ajarkan keluarga, orang terdekat kita waspada hoaks
BalasHapusLuar biasa... Bunda,selalu menulis paling upded
BalasHapusHallo
BalasHapusBu Mulyanita Salam kenal yaaa Semangat sekali
jangan lupa berkunjung juga yaa
https://afniberbagicerita.blogspot.com
Keren, semangat
BalasHapusDengan adanya pointer informasi yang dituliskan jadi mudah untuk dipahami.
BalasHapusTerimakasih, sehat selalu Bu