"Menurut abang, abang Fatih ganteng ga?" tanyaku kepada anak pertamaku
"Enggak. Aku mah jelek!" jawabnya
"Kok gitu?" tanyaku selidik
"Karena aku gak punya tahi lalat di pipi" Jawabnya
Itu adalah sekelumit percakapan saya dengan anak pertama saya yang sedang terkikis self esteemnya. Usut punya usut ternyata ia merasa tidak ganteng, karena takaran ganteng itu seperti adiknya yang memiliki tahi lalat di pipi.
Berbicara tentang tahi lalat yang ada di pipi anak bungsu saya ini juga sebuah permasalahan beberapa bulan yang lalu. Rahman, anak bungsu saya, merasa tahi lalat di pipinya jelek. Umma, Aba dan abangnya tidak punya tahi lalat di pipi. Apalagi mendengar kata "tahi lalat", ia merasa bahwa hewan lalat sudah "buang kotoran" di pipinya. Berbagai penguatan kami berikan bahwa itu bukan kotoran lalat, juga bukan suatu hal yang buruk. Setiap orang memiliki tahi lalat, hanya letaknya saja yang berbeda. Aba dan abang Fatih menunjukkan bahwa mereka mempunyai tahi lalat di kaki. Saya, ummanya, menunjukkan tahi lalat di lengan kanan. Kakek Rahman, juga menyetelkan lagu dangdut lama karya Rhoma Irama yang memiliki lirik :
tahi lalat yang melekat di pipimumerupakan perhiasan di wajahmusudah manis, bertambah manis
Setelah mendapatkan penguatan dari banyak orang di sekitarnya, akhirnya Ade Rahman mulai muncul rasa percaya dirinya. Ia juga senang ketika orang-orang di sekitarnya memuji ia imut.
Nah, balik ke self esteem Abang Fatih, ternyata ia sering mendengar bahwa banyak orang yang memuji adiknya itu imut. Sedangkan tidak ada yang memujinya dengan pujian yang serupa. Sebenarnya wajar saja ya, karena Ade Rahman masih berumur 5 tahun dan sering bertingkah manja sehingga banyak yang memujinya imut. Sedangkan Abang Fatih sudah berusia 7 tahun dan pribadi Abang Fatih adalah anak pertama yang dapat diandalkan, tangguh, penurut. Jadi Abang lebih sering mendapat pujian atas pribadinya yang baik itu daripada ganteng. Menjadi tantangan bagi saya selaku ibunnya untuk mengembalikan self esteemnya, yang dapat ia cerna dengan baik sesuai dengan usianya.
Mungkin ada yang bertanya apa sih arti dari self esteem itu? Self esteem dapat diartikan sebagai cara individu menilai, mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Anak yang memiliki self esteem yang baik akan tumbuh menjadi anak yang ceria, berani mencoba hal-hal baru, mudah beradaptasi, dan merasa bangga atas pencapaiannya. Sedangkan anak yang kurang self estemmnya akan tumbuh menjadi anak yang minder, sulit berpikir positif ketika melakukan kesalahan, dan kurang dapat berpikir kritis.
Pastinya setiap orang tua ingin anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan self esteem yang baik. Self esteem anak tumbuh dan berkembang melalui pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang terlampau otoriter pastilah membuat self esteem anak tidak berkembang. Anak terlampau sering didikte dan tidak diberi kesempatan untuk membuat keputusannya sendiri. Selain pola asuh, kondisi lingkungan anak bersosialisasi juga mempengaruhi.
Mengapa hanya dari pernyataan bahwa anak sulung saya merasa tidak ganteng lalu saya merasa self esteem anak saya bermasalah? Sebenarnya pertanyaan yang saya lontarkan ini berupa pancingan, saya ingin melihat bagaimana ia menilai dirinya secara fisik. Setahun yang lalu saya juga menanyakan hal yang sama, Abang Fatih menjawab bahwa dirinya ganteng. Bahkan dengan bangga ia menyatakan dirinya ganteng karena anak Aba dan Umma. Dan saat ini ternyata jawabanya berbeda. Juga saya melihat beberapa perilaku anak saya yang membuat saya melontarkan pertanyaan tersebut. Beberapa contoh perilaku yang saya amati dari Abang Fatih:
- Saat saya ajak kedua anak saya ke sekolah tempat saya mengajar, anak kedua saya mau bersalaman dengan teman-teman mengajar saya, sedangkan abangnya harus dirayu-rayu untuk bersalaman.
- Saat ditawari jajanan oleh teman kerja saya, adiknya mengambil jajanan tersebut dan mengucapkan terima kasih, tetapi abangnya diam saja bahkan jajanan abang diambilkan oleh adiknya
- Sering sekali memarahi adiknya. Beberapa kali saya mendapati abang sering sekali mengkritik bahkan sampai memarahi adiknya hanya karena permasalahan kecil, seperti: mengomentari wudhu adiknya yang asal-asal tetapi wudhu abang juga asal-asalan.
Melihat kondisi Abang Fatih saat ini sangat membuat saya berbenah diri, adakah pola asuh saya yang salah, ataukah ada input dari lingkungan yang mempengaruhi dirinya. Memang tidak ada pengasuhan sempurna, pun dengan diri saya walaupun sedikit banyaknya mengetahui tentang dunia psikologi. Tetapi rasanya belum terlambat untuk mengembalikan rasa percaya dirinya agar ia kembali memiliki self esteem yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar